-->

Kisah Sendang Winong Desa Margorejo Kudus

Masyarakat Jawa mengenal Buyut sebagai orang tua dari nenek atau kakek. Ada juga yang menggunakan istilah buyut sebagai julukan untuk orang yang sudah sangat tua.
Seperti daerah satu ini, Dukuh Buyutan namanya. Dukuh ini digadang sebagai daerah tertua di Desa Margorejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Sehingga masyarakat sekitar menjuluki daerah tersebut dengan nama Buyutan.
Di daerah tersebut, menyimpan sebuah kisah pelarian diri Panglima Kerajaan Mataram yang bernama Mbah Ki Anom Raden Sari Singo Joyo.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam waktu itu, menjadikan sejumlah panglima perang berkelana ke berbagai daerah. Salah satunya adalah Mbah Singo Joyo.
"Pasca runtuhnya Kerajaan Mataram, sejumlah panglima perang kerajaan tersebut berkelana dan babat alas untuk membentuk sebuah pemukiman. Di Desa ini tercatat sejumlah tokoh yang menjadi cikal bakal daerah merupakan panglima perang asal Kerajaan Mataram," ujar Ahmad Baskoro (48), Rabu (21-03-2018).
Menurut Baskoro, dalam pelarian tersebut, Mbah Singo Joyo melakukan babat alas dan membuat sebuah perkampungan di daerah Buyutan tersebut.
Terlihat dari peninggalan Mbah Singo Joyo yang masih terawat dan lestari hingga saat ini, yakni Sendang Winong dan petilasan. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, jika dahulu Mbah Singo Joyo hanya singgah sementara waktu di tempat tersebut. Sehingga tempat singgahnya dibuat sebuah petilasan untuk mengenang jasanya.
Versi lain menyebutkan, jika Mbah Singo Joyo di makamkan di sekitar sendang tersebut, namun tidak diketahui secara pasti dimana letaknya. Oleh karenanya masyarakat sekitar membangun petilasan sebagai pertanda keberadaan Mbah Singo Joyo sebagai cikal bakal Dukuh Buyutan. Sendang Winong sendiri, sampai saat ini masih digunakan oleh warga sekitar untuk mencuci.
"Air sendang ini jernih dan melimpah ruah. Oleh karenanya warga sekitar masih menggunakannya untuk mencuci pakaian. Meskipun warga sekitar telah memiliki sumur, namun mereka lebih senang mencuci di sendang ini," kata Baskoro.
Di sendang tersebut juga diadakan kegiatan sedekah bumi dan barikan (tolak balak -red) yang dilkukan setahun sekali. Dalam kegiatan sedekah bumi disajikan pertunjukan wayang sehari semalam.
Ditemui di tempat yang sama, Sutarno (45), mengatakan jika konon kabarnya Mbah Singo Joyo menyukai wayang, sehingga kegiatan sedekah bumi di sendang tersebut menampilkan pertunjukan wayang. Sedangkan dalam kegiatan barikan, dilakukan seperti acara buka luwur yang ada di Masjid Menara Kudus.
Ia mengimbuhkan, jika kegiatan tersebut dilakukam sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas nikmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu, sebagai perwujudan rasa hormat masyarakat sekitar atas jasa dari Mbah Singo Joyo. (NNC/RM)

1 Response to "Kisah Sendang Winong Desa Margorejo Kudus"

  1. Salam kepada penulis cerita anda ada kaitan dan persamaan yg ada di desa kami..dan kebetulan tembo,dengan kata lain silsilah nya ada...dengan saya karna penasaran dengan nama rajo singo jayo yg ada di tempat saya kenapa bisa sama nama yg ada di jawa timur...sementara saya di kec.seluma kota kabupaten seluma propinsi bengkulu

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel