-->

Tradisi Bakar Batu Bata Di Kudus

Dari serangkain proses pembuatan batu bata, pembakaran merupakan tahap yang menentukan berhasil atau tidaknya usaha ini. Hal ini disebabkan lantaran proses pembakaran batu bara hanya dapat dilakukan sekali.
Jika pada pembakaran pertama didapatkan hasil yang kurang optimal, maka tidak dapat diperbaiki dengan pembakaran kedua. Sehingga jika terjadi sebuah kegagalan pembakaran, maka pengusaha akan mengalami kerugian total.
Kegagalan proses pembakaran terlihat dari batu bata yang pecah atau retak setalah proses pembakaran, strukturnya kurang keras dan kematangan yang tidak merata. Batu bata seperti ini tentulah tidak layak digunakan untuk mendirikan bangunan dan diperjual belikan. Hal inilah yang membuat pengusaha mengalami kerugian total.


Pada proses tersebut juga kental dengan sejumlah mitos. Cerita yang berkembang di masyarakat menyebutkan, jika sebelum proses pembakaran batu bata harus dilakukan sebuah proses selamatan. Proses selametan dilakukan dengan meletakkan cungkur (bubur merah yang dibungkus dengan daun pisang -Red) pada pojok-pojok tempat pembakaran. Kegiatan ini ditujukan agar proses pembakaran tersebut dapat memperoleh hasil yang baik.
"Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi proses pembakaran batu bata. Dari kualitas adonan tanah, tingkat penjemuran batu bata, temperatur pembakaran, hingga beberapa hal yang tidak terduga, seperti tumpukan batu bata yang tiba-tiba roboh saat proses pembakaran dan lain-lain," kata Pujianto (35), Kamis (22-03-2018).
Menurut Pujianto, untuk meminimalisir hal tersebut, pengusaha batu bata melakukan selametan sebelum proses pembakaran. Adapun proses selametan yang dilakukan cukup bervariasi, salah satunya dengan cungkur, hal tersebut menyesuaikan dengan kebiasaan yang ada di masing-masing tempat. Setelah itu, barulah dilakukan proses pembakaran batu bata.
Modernisasi tidak sepenuhnya melunturkan adat istiadat tersebut. Hingga kini, masih ada segelintir pengusaha batu bata yang melestarikan tradisi tersebut. Salah satunya adalah Ali, pengusaha batu bata asal Desa Prambatan Kidul ini, sampai sekarang masih melestarikan dan melakukan tradisi tersebut.
Baginya, tradisi tersebut sudah menjadi kebiasaan turun temurun. "Meminta dilancarkan usahanya tetap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya menganggap hal ini sebagai sebuah rutinitas yang harus dijalankan saja," kata Ali, Senin (26-03-2018).
Hal tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh Pujianto. Ia mengaku jika dirinya pernah melakukan tradisi tersebut. "Saya melakukannya hanya sekali. Pada pembakaran batu bata yang pertama. Motivasinya memang untuk menghormati ajaran leluhur yang ada di Desa ini. Saya tidak menjadikannya rutinitas lantaran dalam proses pembakaran batu bata poin terpentingnya adalah kemantapan akan hasil yang baik." pungkas Pujianto. (NNC/RM)

1 Response to "Tradisi Bakar Batu Bata Di Kudus"

  1. Rawatlah dng baik agar anak cucu diberi kesehatan rezeki yang halal dan dikabulkan oleh allah

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel